Jumat, 08 Januari 2010

Seni-nya Main Sepak Bola


Memang ada olah raga selain sepakbola yg dapat membuat tegang hubungan antar 2 negara, spt kita tahu waktu perseturuan dgn Malingsia di era 1960, waktu itu pertandingan badminton (terutama Thomas Cup) diwarnai pernik2 politik kedua negara. Dan sampai sekarangpun kalo yg ketemu antar 2 negara ini, rasanya jauh lebih seru kalo misal endonesha ketemu China. Anyway, lupakan bulutangkis.

Kita mau bicara sepakbola.


Minggu lalu berita ttg memanasnya hubungan antara Mesir dan Algiers (Algeria) menghiasi headline media cetak. Sampai2 kedubes Algeria sempet dikerubung massa masyarakat Mesir di Cairo yg sangat marah akibat kekalahan kesebelasan mereka. Sentimen muslim brotherhood (yg harusnya diusung) tiba2 jadi kayak macan kertas. Hormat pada nabi junjungan dicampakkan, digantikan emosi membara. Kebencian pada kafir sangat boleh jadi tiba2 sah tergantikan darah orang algiers atau sebaliknya. Padahal sesama mukmin :)

Dulu Honduras memaklumatkan perang dgn Equador juga gara2 sepakbola. Dalam hal ini urusan kasih kristus jadi barang rongsokan. Tabok pipi kiri gua, gua hajar pantat lu:)

Terakhir yg sangat menarik, adalah pertandingan kualifikasi second leg di Paris antara Perancis dan Irlandia sbg tim tamu. Tim Perancis yg sudah unggul 0-1 pada first leg yg dimainkan di Dublin tinggal bermain 0-0 (kacamata) udah bisa lolos. Tapi semua juga tahu, tim Ireland ini tidak bisa diremehkan. Tim Britania ini yg sebagian besar pemainnya magang di liga terpanas jagad ini (English Barclays Premier League) siap utk menjegal jalan Perancis melenggang ke turnamen paling terkenal sejagad: World Cup di Afrika Selatan.

Betul juga kejadian. Sampai dgn peluit babak ke dua ditiup, Irlandia berhasil mempertahankan keunggulan 0-1 hasil gol dari Robby Keane yg bermain sbg striker mumpuni Totenham Hotspurs(London). Alhasil, dilakukan perpanjangan waktu yg sangat menegangkan. Apa yg terjadi sesudahnya, menjadi satu coretan hitam sejarah persepakbolaan kualifikasi piala dunia. Striker Thiery Henry yg namanya pernah sangat harum di liga inggris sebelum pindah ke liga primera Spanyol terlihat jelas memakai tangannya menggapai bola sebelum meneruskan umpan mendatar ke arah William Gallas sebelum bola ditanduk masuk ke gawang. Yg aneh, wasit Martin Hansson tidak melihatnya di tengah lautan protes pemain2 irlandia sesudah gol memalukan itu terjadi. Jadilah wasit ini jadi wasit ke dua sesudah wasit Ovrebo asal Norwegia yg dimaki habis2an waktu 'ngaco' memimpin pertandingan semi final champions league antara Barcelona dan Chelsea. (hasilnya tim kesayangan saya Chelsea jadi gagal ke final CL th 2008)

Publik Swedia sendiri sehari sesudah pertandingan itu tidak ketinggalan mengecam sang wasit. Kalo masyarakat Irlandia gak usah ditanya. Badan PSSI nya Irlandia dipimpin John Delaney mengajukan petisi agar pertandingan itu dilakukan replay karena bukti sah dsb. FIFA dan UEFA tetep keukeuh pada keputusan NO REPLAY karena khawatir aspek (tuntutan) hukum jika menganulir hasil pertandingan tsb. -- kok jadi teringat kasus buaya cicak di tanah air ya? (aspek nurani rakyat versus bukti2 hukum). Memang, laws of the rule nya jelas mengatakan keputusan di tangan wasit, dan hasil pertandingan tidak bisa diganggu gugat. Ya iyalah, kalo semua hasil pertandingan bisa dianulir, liga sepak bola gak bakal selesai2 ngadunya. Kita semua tahu, wasit tidak bisa mengetahui 100% apa yg terjadi di lapangan, sehingga keputusan wasit tidak jarang merugikan salah satu pihak kesebelasan. Anehnya, pihak penggawe badan sepakbola FIFA sampai hari ini keukeuh menolak perangkat canggih spt rekaman tipi, atau yg di tenis terkenal dgn eagle-eye (dimana pemain bisa challenge wasit atas kemungkinan bad-call nya, walau cuman dijatah kesempatan 5 kali doank).

Alhasil, Irlandia menangis. No replay. Si pembuat dosa TH juga sudah lumayan sportif mengharapkan boleh diberikan kesempatan replay utk kubu Irlandia. Dia juga sempet duduk terpekur menemani skiper Irlandia RIchard Dunne yg duduk termehek2 di lapangan hijau pasca selesainya pertandingan.

Yg menarik juga, mantan pemain Irlandia Roy Keane yg terkenal mulut besarnya itu di kala membela MU dulu ternyata tdk 'matabuta' membela Irlandia, tanah airnya sendiri. Dia malah mengritik Delaney yg dia bilang kok dulu tidak begini begitu. Ya, Irlandia bbrp waktu lalu waktu di babak2 awal kualifikasi melawan Georgia juga mendapatkan penalti hadiah wasit yg tidak pantas sebenernya. Kok dulu mingkem, demikian Keane. Salut utk Keane ini, dia berani tegas menentang arus masyarakat Irlandia yg bakalan 'benci' karena sikap dia yg akan dipandang tdk nasionalis. (GunGun Chaolang akan teges bilang ini orang antek komunis :).

Sepakbola emang kejam. Korbannya bisa semua orang, setiap saat. Nurani vs perangkat hukum?

Emang idealnya PD dimainkan bagi semua negara dalam satu event, tapi apa mungkin seratus lebih kesebelasan mau dibagi berapa pool? :) Kapan selesainya...udah itu kalo kebanyak main bisa cedera, tinggal 2-3 pemain, bukan sepakbola, itu mah jadi main futsal, hahaha..

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More